LUMAJANG, NEWS9 – Perkumpulan Petani Pangan Nasional (P3NA) Propinsi Jawa Timur mendesak Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lumajang agar segera mengambil tindakan tegas terhadap industri yang memproduksi gula Jawa Prosesan yang menggunakan bahan-bahan berbahaya yang tidak layak konsumsi, Selasa (23/09/2025).
Iskhak Subagio SE selaku ketua DPD P3NA Propinsi Jawa Timur kepada awak media menyatakan, bahwa pihaknya telah berkirim surat kepada tim pengendali perijinan kabupaten Lumajang tertanggal 17 September 2025 dengan nomor surat 027/DPD-JATIM/P3NA/IX/2025 perihal tersebut diatas.
Menurutnya, di dalam gula Jawa prosesan tersebut terdapat bahan-bahan yaitu, gula Rafinasi, glukosa, gula sapon (Gula Expired), limbah Pocari sweat, pewarna tekstil (Wenter), tepung terigu, limbah pabrik wafer (Wafer Expired) dan limbah permen.
“Konsumen banyak yang tertipu dengan gula Jawa prosesan yang mirip secara fisik, padahal kualitas dan keamanannya jauh berbeda. Kami meminta Pemkab Lumajang melalui dinas-dinas terkait untuk melakukan inspeksi ke sejumlah produsen dan distributor gula di wilayah tersebut. Gula-gula tersebut diproduksi secara massal, dan diduga tidak memenuhi standar mutu pangan”, ujar Iskhak.
Ditambahkan Iskhak, bahwa bahan-bahan berbahaya diatas jika komposisinya tidak pas, di khawatirkan akan berbahaya pada masyarakat.
“Disisi lain masyarakat juga melaporkan adanya pencemaran udara, dan juga adanya pencemaran terhadap air sumur. Secara langsung gula Jawa Prosesan ini tidak ada limbah, akan tetapi pencucian alat-alat yang di gunakan untuk produksi yang di cuci dengan air berakibat pada pencemaran di sumur warga”, ungkapnya.
“Dan juga yang di buang ke saluran irigasi, maka berpengaruh pada tanaman dan tanahnya, laporan tentang hal tersebut banyak. Dari sisi petani Penderes imbasnya cukup besar, yaitu harga gula asli produksi mereka yang berbasis aren dan kelapa turun drastis harganya, mereka harus berisiko tinggi saat manjat kelapa tapi hasilnya di hargai murah, saat mereka jatuh tidak ada BPJS Yang mengkafer, dan akhirnya mereka tetap miskin dan tertindas”, pungkasnya. ***