BeritaDaerah

Perempuan Sumenep Dilatih Batik Shibori, Menjaga Budaya Menembus Pasar Dunia

150
×

Perempuan Sumenep Dilatih Batik Shibori, Menjaga Budaya Menembus Pasar Dunia

Sebarkan artikel ini
FOTO: Ketua TP PKK Kabupaten Sumenep, Ny. Hj. Nia Kurnia Fauzi, saat membuka kegiatan pelatihan pembuatan batik kontemporer berteknik Shibori. @by_News9.id
FOTO: Ketua TP PKK Kabupaten Sumenep, Ny. Hj. Nia Kurnia Fauzi, saat membuka kegiatan pelatihan pembuatan batik kontemporer berteknik Shibori. @by_News9.id

SUMENEP, NEWS9 – Di tengah derasnya modernisasi, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, tak surut menjaga akar budayanya.

Komitmen itu kembali diwujudkan melalui pelatihan pembuatan batik kontemporer berteknik Shibori, yang digelar untuk memberdayakan kaum perempuan.

Kegiatan bertempat dihalaman Sekretariat TP PKK Kabupaten Sumenep tampak semarak, Kamis (10/7/2025), pagi.

Puluhan perempuan dari berbagai kalangan antusias mengikuti Pelatihan Pembuatan Desain Batik Teknik Shibori, hasil kerja sama TP PKK Sumenep melalui Pokja III dengan Wirausaha Muda Sumenep (WMS).

Ketua TP PKK Kabupaten Sumenep, Ny. Hj. Nia Kurnia Fauzi, membuka kegiatan itu dengan penegasan bahwa pelatihan tersebut bukan sekadar rutinitas, melainkan gerakan nyata membangun ekonomi kreatif berbasis budaya.

“Pelatihan ini adalah wujud komitmen kami membangun ekonomi kreatif perempuan. Kami ingin batik Sumenep tak hanya cantik, tapi juga khas, bernilai, dan mampu bersaing secara global,” kata Nia di hadapan para peserta.

Teknik Shibori yang diadopsi itu dikenal sebagai metode ikat celup khas Jepang, menghasilkan motif-motif eksklusif melalui pelipatan, penjepitan, dan pencelupan kain.

Tiap motif unik, tidak dapat diduplikasi persis, menjadikannya punya nilai jual tinggi.

Nia optimistis, dengan keunikan tersebut perempuan Sumenep dapat melahirkan desain batik yang lebih segar dan dinamis, siap menembus pasar nasional bahkan internasional sebagai wajah baru batik Sumenep.

Lebih jauh, ia menekankan batik bukan sekadar kain, tetapi sarana diplomasi budaya.

“Citra Sumenep bisa dibangun lewat batik. Oleh-oleh yang dibawa wisatawan bisa jadi duta budaya, membawa cerita dan memperkenalkan identitas lokal secara elegan,” ujarnya.

Menariknya, pelatihan tersebut juga mengusung misi lingkungan.

Para peserta diperkenalkan penggunaan pewarna alami yang lebih ramah lingkungan sebagai wujud produksi beretika.

“Batik kita harus tidak hanya indah, tapi juga beretika. Dengan pewarna alami, kita jaga bumi tanpa mengurangi estetika,” tegas Nia.

Dalam kesempatan itu, ia mendorong peserta memanfaatkan momen tersebut sebaik mungkin, dengan meningkatkan kualitas diri dan produk agar batik Sumenep semakin kompetitif.

Ia juga menyoroti pentingnya dukungan pembiayaan dari pemerintah daerah dan lembaga keuangan.

“Sering kali masalahnya bukan ide, tapi modal. Karena itu saya berharap dukungan pembiayaan terus mengalir agar para perempuan pelaku batik ini bisa berkembang,” katanya.

Nia pun tak ragu memupuk mimpi besar, batik Sumenep suatu hari menghiasi etalase butik ibu kota hingga catwalk internasional.

“Kalau batik kita bisa tampil di peragaan busana dunia, itu bukan mimpi. Tapi harus dimulai dari sini, dari ibu-ibu yang tekun berkarya dari rumah,” tutur Nia, yang memang dikenal aktif di gerakan pemberdayaan perempuan.

Diketahui, pelatihan itu dihadiri jajaran pengurus TP PKK Kabupaten Sumenep, perwakilan dinas terkait, serta narasumber profesional di bidang batik dan pewarna alami.

Salah satunya, Busaki, menegaskan bahwa batik adalah ekspresi jiwa dan media komunikasi budaya.

“Setiap guratan motif punya cerita dan makna. Keberhasilan batik lokal menembus pasar besar bergantung pada inovasi desain dan konsistensi produksi,” jelas Busaki.

Antusiasme peserta tampak jelas. Mereka tak hanya belajar teknik Shibori, tetapi juga filosofi di balik motif, inovasi desain, hingga strategi pemasaran di era digital. ***

Tinggalkan Balasan